BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Herbert Spencer adalah dominan dalam teori sosiologi inggris ,khususnya teori evolusi. Evolusi sosial, pemahaman yang lebih baik tentang strktur sosial diam-diam terkubur dibawah permukaan sosiologi inggris, dan hal ini meletup pada pengaruh kedua abad ke-19 seiring dengan tumbuhnya minat akan evolusi sosial. Sejumlah pemikiran inggris mempertajam konsepsi tentang dunia yang bertentangan dengan jumlah ekses yang ditimbulkan oleh teori comtian. Menurut paandangan Abrams, arti penting Comte adalah ketika ia meletakkan salah satu landasan yang mungkin bertentangan dengan kecerdasan opresif herbert Spencer. Pada awalnya Spencer lebih tepat bila dipandang sebagai seorang politik liberal dan mempertahankan unsur liberalisme. Spencer tumbuh semakin konservatif sepanjang hidupnya dan bahwa pengaruh dasarnya, adalah konservativ. Spencer menawarkan gagasan-gagasan tentang evolusi masyarakat. Hal ini dikarenakan Spencer memandang masyrakat sedang bergerak menuju suatu keadaan moral yang ideal dan sempurna. Spencer juga mengganggap bahwa masyarakat yang paling kuatlah yang dapat bertahan, sementara masyarakat yang kalah dalam seleksi akan sirna dengan sendirinya.
2. Rumusan Masalah
· Bagaimana riwayat hidup Herbert Spencer?
· Bagaimana pemikiran Spencer tentang evolusi masyarakat?
· Bagaimana perbedaan masyarakat versi Spencer: Militan versus Industrial?
3. Tujuan
· Memahami biografi singkat karir intelektual Herbert Spencer
· Memahami pemikiran Spencer tentang Evolusi Masyarakat dan lahirnya Darwinisme Sosial
· Memahami pembedaan masyarakat versi Spencer: Militan versus Industri.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sketsa Biografis Herbert Spencer
Herbert Spencer lahir di Derby, Inggris, pada tanggal 27 April 1820. Ia tidak memperoleh pendidikan seni dan humaniora, melainkan di sekolah teknik dan utilitarian. Pada tahun 1837 ia mulai bekerja sebagai insinyur teknik sipil untuk perusahaan kereta api, dan pekerjaan ini dijalaninya sampai tahun 1846. Selama masa itu, Spencer terus mempelajari bidang studinya sendiri dan mulai menerbitkan karya-karya tentang ilmu pengetahuan dan politik.
Pada tahun 1848 Spencer ditunjuk sebagai editor majalah The Economist, dan gagasan-gagasan intelektualnya mulai mengental. Pada tahun 1850, ia menyelesaikan karya utamanya, Social Statics. Selama menulis karya ini, Spencer mulai mengalami insomnia, dan setelah beberapa tahun berselang masalah mental dan fisiknya memuncak. Ia menderita serangkaian kerusakan saraf sepanjang hidupnya.
Pada tahun 1853 Spencer menerima warisan yang memungkinkannya berhenti dari pekerjaannya dan menghabiskan sisa hidupnya sebagai seorang ilmuwan bermartabat. Ia tidak pernah memperoleh ijazah universitas ataupun menduduki posisi akademis. Ketika hidup semakin terisolasi, serta sakit mental dan fisiknya makin parah, produktivitas intelektualnya meningkat. Akhirnya, Spencer tidak hanya mulai meraih ketenaran di Inggris, namun juga meraih reputasi pada tingkat internasional. Sebagaimana dikatakan Richard Hofstadter: “Selama tiga dekade setelah Perang Saudara, orang tidak mungkin aktif di arena intelektual tanpa menguasai karya Spencer” (1959: 33). Di antara pendukungnya adalah industrialis penting Andrew Carnegie, yang menulis surat berikut kepada Spencer ketika ia menderita sakit yang merenggut nyawanya pada tahun 1903:
Untuk Guru Tercinta . . . engkau datang padaku setiap hari di dalam pikiranku, dan pertanyaan abadi “mengapa” terus mengganggu –Mengapa ia terbaring? Mengapa ia harus pergi? . . . Dunia bergerak perlahan di atas bawah sadar pikiran agungnya. . . . Namun suatu hari nanti, ia akan bangkit dengan ajaran dan menyatakan bahwa tempat Spencer ada di antara pikiran terbesar itu.
(Carnegie, dikutip dalam Peel, 1971: 2)
Namun nasib Spencer tidaklah demikian.
Salah satu ciri paling menarik Spencer, ciri yang hakikatnya menjadi sebab keruntuhan intelektualnya adalah keengganannya untuk membaca karya orang lain. Dalam hal ini, ia mirip dengan raksasa sosiologi lain, Auguste Comte, yang mempraktikan “kemurnian intelektual”. Terkait dengan kebutuhan untuk membaca karya orang lain, Spencer berkata: “Sepanjang hayat, aku adalah seorang pemikir, bukan pembaca, sehingga dapat berbicara dengan Hobbes bahwa ‘jika saja aku membaca sebanyak orang lain, maka aku tidak akan tahu sebanyak ini’” (Wiltshire, 1978: 67). Seorang kawan menanyakan pendapat Spencer tentang suatu buku, dan “jawabannya adalah bahwa ketika membaca buku ia melihat bahwa asumsi fundamentalnya salah besar, dan dengan demikian tidak ingin membacanya” (Wiltshire, 1978: 67). Seorang pengarang menulis tentang “cara tidak komprehensif Spencer dalam menyerap pengetahuan melalui kekuatan kulitnya . . . tampaknya ia tidak pernah membaca buku” (Wiltshire, 1978: 67).
Jika tidak membaca karya orang lain, lalu darimana gagasan dan pandangan Spencer berasal? Menurut Spencer, keduanya muncul secara tidak sengaja dan secara intuitif dari pikirannya. Ia mengatakan bahwa gagasan-gagasannya muncul “sedikit demi sedikit, secara tak terduga, tanpa niat secara sadar atau upaya yang dapat dipahami” (Wiltshire, 1978: 66). Intuisi semacam itu diyakini Spencer jauh lebih efektif daripada studi dan pemikiran secara saksama: “Solusi yang dicapai dengan cara tersebut lebih benar daripada yang dicapai dengan upaya terukur (yang) menyebabkan pergeseran pemikiran” (Wiltshire, 1978: 66).
Spencer menderita karena keengganannya membaca secara serius karya-karya orang lain. Sebaliknya, jika ia membaca karya lain, seringkali hanya dilakukan untuk mencari penegasan atas gagasannya sendiri yang tercipta secara independen. Ia mengabaikan gagasan-gagasan yang tidak sejalan dengan gagasannya. Jadi, rekan sejawatnya, Charles Darwin, bercerita tentang Spencer: “Jika saja ia mendidik dirinya untuk meneliti lebih banyak, bahkan dengan . . . merugikan daya pikirnya sendiri, ia akan menjadi orang yang luar biasa” (Wiltshire, 1978: 70). Pengabaian Spencer terhadap aturan keilmuan membawanya ke serangkaian gagasan yang sarat kebencian dan pernyataan yang tidak berdasar tentang evolusi dunia. Oleh karena itu, sosiolog abad ke-20 mulai mencampakkan karya Spencer dan menggantikannya dengan ilmuwan yang lebih saksama dan penelitian empiris. Spencer meninggal pada tanggal 8 Desember 1903.
2. Teori Evolusi Herbert Spencer (1820-1903)
Spencer sering disamakan dengan Comte dalam arti pengaruh spencer dan Comte terhadap perkembangan teori sosiologi, namun ada beberapa perbedaan penting misalnya agak sulit menggolongkan speencer sebagai pemikir konservativ. Spencer lebih tepat dipandang beraliran politik liberal dan ia tetap memelihara unsur-unsur liberalisme disepanjang hidup. Kekhasan Spencer sebagai seorang Darwinis Sosial, ia menganut pandangan evolusi yang berkeyakinan bahwa kehidupan masyarakat tumbuh secara progresif menuju keadaan yang makin baik dan karena itulah kehidupan masyarakat harus dibiarkan berkembang sendiri, lepas dari campur tangan yang hanya akan memperburuk keadaan. Spencer menerima pandangan bahwa institusi sosial , sebagaimana tumbuh-tumbuhan dan binatang, maupun beradaptasi secara progresif dan positif terhadap lingkungan sosialnya. Spencer juga menerima pandangan darwinian bahwa proses seleksi alamiah, “survival of the fittes” juga terjadi dalam kehidupan sosial.
Teori Evolusi adalah kemungkinan untuk mengidentifikasi dua perspektif evolusioner utama dalam karya Spencer. Pertama, teorinya terutama berkaitan dengan peningkatan ukuran masyarakat. Masyarakat tumbuh melalui perkembangan individu dan penyatuan kelompok-kelompok. Peningkatan ukuran masyarakat menyebabkan struktur makin luas dan makin terdiferensiasi serta meninngkatan diferensiasi fungsi yang dilakukannya. Disamping pertumbuhan ukurannya, masyarakat berubah melalui penggabungan, yakni makin lama makin menyatukan kelompok-kelompok yang berdampingan. Dengan demikian Spencer berbicara tentang gerak evolusioner dari masyarakat yang sederhana ke penggabungan dua kali lipat dan penggabungan tiga kali lipat.
3. Perbedaan masyarakat versi Spencer: Militan versus Industrial
Spencer juga menawarkan teori evolusi dari masyarakat militan ke masyarakat industri. Yang pada mulanya, masyarakat militan dijelaskan sebagai masyarakat yang tersrtuktur guna melakukan perang. Walaupun Spencer melihat Evolusi umum yang mengarah kepada pembentukan masyarakat industri, akan tetapi ia juga mengakui adanya kemunduran periodik kepada masyarakat yang lebih agresif dan militan. Dalam tulisannya mengenai etika politik, Spencer mengemukakan gagasan evolusi sosial yang lain. Disuatu sisi Spencer memandang masyarakat berkembang menuju ke keadaan moral paling ideal atau sempurna. Disisi lain Spencer mengemukakan bahwa masyarakat yang paling mampu menyesuaikan diri dengan lingkunganlah yang akan bertahan hidup, sedangkan masyarakat yang tidak mampu menyesuaikan diri terpaksa menemui ajalnya. Hasil proses ini adalah peningkatan kemampuan menyesuaikan diri masyarakat secara keseluruhan.
Dengan menggunakan teori evolusi Darwin, Herbert Spencer mengembangakan teori evolusi sosial, dimana di dalamnya semua masyarakat secara alami mengalami perubahan menuju bentuk superior (Spencer, 1891). Dari sudut pandang ini, perubahan sosial adalah unilinear , di mana maksudnya adalah semua masyarakat pasti akan melalui suatu tahap yang dapat diperkirakan, yaitu dari primitif menjadi beradab, sederhana menjadi kompleks, atau dari “ inferior ” menjadi “ superior ”.
- Disini Spencer menggambarkan teori ini lewat lingkungan, dimana ia tinggal, yaitu di Inggris. Jadi, pada dasarnya manusia, masyarakat, dan kebudayaan mengalami perkembangan yang lambat mengikuti garis lurus ( linear) yang digambarkan lewat bagan berikut.
- Masyarakat dan kebudayaan berkembang mengikuti garis lurus.
- Masyarakat berkembang dari tahap sederhana ke tahap kompleks
Jadi Spencer mengemukakan seperangkat gagasan yang kaya dan ruwet. Mula-mula gagasannya menikmati sukses besar, tetapi kemudian ditolak selama beberapa tahun, dan baru berkembang belakangan ini telah hidup kembali dengan munculnya teori sosiologi neo-evolusi.
Reaksi menentang Spencer di Inggris, meskipun penekanannya pada individu, Spencer sangat terkenal karena teori evolisi sosialnya yang bersekala luas. Teori ini sebenarnya bertolak belakang dengan teori sosiologi yang mendahuluinya di Inggris. Namun reaksi menentang Spencer lebih berdasarkan bahwa gagasan suvival of the fittes berlawanan dengan ameliorisme. Jadi Spencer merugikan sebagian sosiolog Inggris awal. Spencer mengajukan filsafat survival of the fittes dan menentang campur tangan pemerintah dan reformasi sosial.
Menurut Spencer, harus ada suatu hukum yang dapat menguasai kombinasi antara faktor-faktor yang berbeda-beda di dalam proses evolusioner tersebut. Dan hukum itu adalah pernyataan bahwa hilangnya sesuatu gerakan biasanya diikuti oleh tujuan gerakan itu sendiri dan akan munculnya suatu disintegrasi dari keadaan tersebut, adanya evolusi selalu diikuti oleh disolusi. Evolusi yang sederhana hanaylah merupakan suatu gerak yang hilang dan merupakan suatu redistribusi dari keadaan. Evolusi itu sendiri terjadi dimana -mana dalam bentuk inorganik seperti astronomi dan geologi : kehidupan organik seperti biologi dan psikologi serta kehidupan superorganik seperti sosiologi. Spencer menajukan 4 pokok penting tentang sistem evolusi umum yaitu :
- ketidakstabilan yang homogen. Setiap homogenitas akan semakin berubah dan membesar dan akan kehilangan kehomogenitasanya karena kejadian setiap insiden tidak sama besar.
- Berkembangnya faktor yang berbeda-beda dalam ratio geometris. Berkembangnya bentuk-bentuk yang sebenarnya hanya merupakan batas dari suatu keseimbangan saja, yaitu suatu keadaan yang seimbang yang berhadapan dengan kekuatan-kekuatan yang lainnya.
- Kecenderungan terhadap adanya bagian-bagian yang berbeda-beda dan terpilah-pilah melalui bentuk-bentuk pengelompokan.
- Adanya batas final dari semua proses evolusi di dalam suatau keseimbngan akhir.
Spencer memandang sosiologi sebagai suatu studi evolusi didalam bentuknya yang paling kompleks. Evolusi ini adalah merupakan evolusi superorganisyang termasuk semua proses dan produk tindakan yang dilakukan oleh individu-indvidu . Spencer akhirnya menyimpulkan bahwa masyarakat itu tlah berkembng menjadi lebih luas, berhubungan-hubungan, banyak bentuknya. Dengan berkembangnya masyarakat dalam artian umum, maka masyarakat menunjukan integrasi baik dengan massa yang bertambah secara sederhana maupun dengan cara koalisi dan rekoalisi massa. contoh secara luas yaitu Perubahan dari homogenitas menuju ke heterogenitas : mulai dari suku yang paling sederhana sampai pada bangsa yang beradab yang penuh dengan fungsi dan struktur. Dengan majunya integrasi dan heterogenitas maka meningkatlah perhubungan masyarakat tersebut. Kelompok masyarakat yang hidup mengembara mulai punah, terbagi-bagi menjadi kesatuan kecil yang tidak mempunyai kelompok, suku dengan bagian-bagiannya membuat persekutuan yang lebih kuat dengan cara mengabdikan dirinya pada seseorang pimpinan yang dominan, kelompok-kelompok suku bergabung menjadi satu dalam suatu jalinan politik dibawah seorang pimpinan dan sub pimpinan dan selanjutnya sampai pada suatu bangsa yang beradab mengadakan konsolidasi bersama-sama.
Secara garis besar pandangan dan tujuan sosiologi Spencer ditandai oleh adanya kesatuan dan pertautan sebagai seorang filosof yang benar-benar ingin membuat suatu ilmu masyarakat. Spencer menekankan pandangannya pada sifat superorganis masyarakat, namun pandangan individualistis yang berat sebelah itu menolak atau berlawanan terhadap adanya unit masa sebagai individu yang ada dalam masyarakat. Spenccer melihat dengan jelas adanya ketergatungan sosiolgi terhadap psikologi dan juga sosiologi terhadap sejarah. Spencer adalah orang yang pertama kali menujukan akan pentingnya psikologi komparatif ini. Tidak seperti para sosiolog sebelumnya, Spencer tidak menggunakan istilaah masyarakat sebagai suatu yang tidak mempunyai bentuk, namun Spencer membicarakan mengenai masyarakat -masyarakat. Spencer membuat kerangka klasifikasi mengenai masyarakat-masyarakat an suatu morfologi sosial yang benar-benar amat berguna bagi sosiologi ilmiah. Evolusi sosial dan kemajuan sosial akan menjadi lebih cerah lagi setelah melewati jamannya. Hal ini memerlukan modifikasi dan kualifikasi, namun kesemuanya itu merupakan titik tolak untuk lebih dapat memahami studi evolusi sosial dan kemajuan sosial.
Tidak ragu lagi bahwa satu-satunya sumbangan yang paling penting Spencer adalah pengenalannya mengenai evolusi kehidupan sosial. Konsep mengenai kesinambungan perkembangan dalam kehidupan sosial melalui integrasi dan deferensiasi yang akan memacu klasifikasi masyarakat dan organisasi sosial. Semua proses konflik menjadi penting di dalam evolusi sosial, proses tersebut terjadi melalui kegiatan individu serta kelompok, karena manusia mempunyai purposive adaptation yang dianggapbpaling cocok untuk dapat hidup terus di dalam lingkungannya.
Model Spencer
Evolusi sosial dengan kata lain perubahan sosial yang berlangsung secara perlahan-lahan dan kumulatif(evolusi bukanya revolusi ), dan perubahan sosial ditentukan dari dalam (endogen bukan eksogen). Proses endogen ini sering digambarkan dalam arti diferensiasi struktural, atau dengan kata lain suatu perubahan dari sederhana, tidak terspesialisasi dan informal ke kompleks, terspesialisasi dan formal, atau menurut ungkapan Spencer sendiri, perubahan dari homogenitas yang tidak koheren ke heterogenitas koheren. Hasil dari model Spencer adalah model modernisasi, dimana proses peruabhan dipandang secara esensial sebagai suatu perkembngan dari dalam, dan luar dunia luar hanya berperan sebagai pemberi rangsangan untuk adaptasi. Masyarakat tradisional dan masyarakat modern ditampilkan sebagai tipe-tipe antitesis berikut:
1. Hierarki sosial tradisional adalah berdasarkan pada kelahiran( ascription) dan mobilitas sosialnya rendah. Sebaliknya, hierarki modern adalah berdasarkan presenatsi dan mobilitas sosialnya tinggi. Masyarakat “estates” telah digantikan oleh masyarakat yang terdiri atas kelas-kelas, yang lebih besar persamaan kesempatannya. Selain itu, dalam masyarakat tradisional, unit dasarnya adalah kelompok kecil dimana setiap orang saling kenal, yang oleh ferdinand tonnies disebut komunitas ( gemeinschaft). Setelah adanya konsep modernsasi, inti dasarnya adalah masyarakat luas yang impersonal (gesellschaft).
2. Modus-modus antitesis organisasin sosial ini berkaitan dengan sikap-sikap antitesis, sikap untuk berubah misalnya, didalam masyarakat tradis ional, yang perubahannya lambat, orang-orang cenderung tidak suka perubahan atau tidak tahu telah terjadi perubahan. Pihak lain, para anggota masyarakat modern, dimana perubahan berlangsung cepat dan konstan, sangat menyadari, mengharapkan, dan menyetujui perubahan. Sejak abad ke-18 (dikalangan elite Eropa Barat ), orang-orang telah menganggap masa depan bukan sebagai reproduksi masa kini saja melainkan sebagai tempat bagi pengembangan proyek-proyek dan kecenderungan-kecenderungan (trends).
3. Tentang pertentangan-pertentangan mendasar tersebut, masih bisa ditambahkan beberapa lagi. Budaya masyarakat tradisional sering dikatakan religius, magis dan bahkan tidak rasional, sementara budaya masyarakat modern dianggap sekuler, rasional dan ilmiah.
Kesejajaran model perubahan sosiokultural dengan model pertumbuhan dan mmodel pembangunan politik mungkin cukup jelas. Misalnya,para ahli teori pertumbuhan ekonomi telah menekankan konsep tinggal landas dari masarakat praindustri yang dipandang statis ke masyarakat industri yang selalu mengalami pertumbuhan. Kepentingan bersamapun terhimpun, seperti sediakala, menjadi kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan struktur kelembagaan. Para ahli teori sosial semakin merasa tidak nyaman dengan asumsi-asumsi yang mendasari model tersebut, terutama mengenai triumfalismenya (sikap berpuas diri karena merasa hebat) dan asumsinya tentang teleologi (pandangan bahwa feomena terjadi karena adanya mekanisme sebab akibat dan tujuan akhir). Bahkan dalam bidang sejarah ekonomi, konsep kemajuan ke arah masyarakat yang lebih makmur pun telah mendapat tantangan, dan sebagai alternatifnya diusulkan model ekologis pada hakikatnya adalah suatu reaksi terhadap habisnya sumber daya tertentu sehingga muncul kebutuhan untuk menemukan substitusinya. Gagasan merupakan keharusan, setidak-tidaknya berpeluang untuk saling susul satu sama lain, bukanlah sesuatu yang mesti ditolak oleh para sejarahwan. Gagasan tentang evolusi yang digelembungkan oleh Darwin juga tidak untuk dibuang sedikitpun. W.G.Runciman telah mengatakan bahwa proses evolusi masyarakat adalah analog dengan seleksi alam, meski sama sekali tidak sama dengan seleksi alam tersebut, proses menekankan pada apa yang ia namakan seleksi kompetitif atas kebiasaan-kebiasaan. Ilustrasi menarik lainnya tentang kelbihan-kelebihan model Spencer adalah kajian Joseph Lee tentang masyarakat Irlandia sejak Bencana Kelaparan Besar tahun 1840an. Studinya itu disusun diseputar konsep organisasi. Untuk ilustrasi lain tentang kelebihan-kelebihan model tersebut dapat dilihat pada kasus Jerman : para sejarawan yang berbeda-beda pendekatannya terhadap masa lampau seperti, Thomas Nipperdey dan Hans Ulrich Wehler, telah membahas perubahab-perubahan yang terjadi pada masyarakat Jerman sejak akhir adan ke-18 dari konteks modernisasi. Tentang Wehler, sumbangan kepada teori adalah konsep modernisasi defenif yang katanya merupakan reformasi yang terjadi di Prusia dan negara-negara bagian lain di Jerman antara tahun1789 dan tahun 1815. Menurut Wehler reformasi kaum petani, pegawai pemerintah dan militer adalah respons terhdap apa yang disangka oleh kelas penguasa sebagai ancaman yang diakibatkan oleh Revolusi Perancis dan Napoleon. Gerakan Reformasi yang bermunculan pada abad ke-19, misalnya Angkatan Muda Turki di Kerajaan Ottoman atau Restorasi Meiji di Jepang, dapat dilihat sebagai tanggapan terhadap ancaman dari kebangkitan bangsa Barat. Kelemahan-kelemahan teori, karena dibuat dinegara-negara yang sedang dalam proses industrialisasi di akhir abad ke-19, pada tahun 1950-an model Spencer itu dikembangkan lebih lanjut untuk menjelaskan perubahan di Negara Ketiga(negara-negara terbelakang).
Ada 3 macam kekuranganyakinan yang dikemukakan mengenai arah perubahan sosial, penjelasan-penjelasannya dan mekanismenya :
1. Dengan memperluas waawasan hingga mencapai satu-dua abad yang lampau maka akan jelas bahwa perubahan bukanlah satu garis lurus (unilinier), dan sejarah bukanlah jalan satu arah. Dengan kata lain, masyarakat tidak selalu bergerak ke arah peningkatan sentralisasi, komplektisitas, spesialisasi dan sebagainya. Istilah “modernisasi” sendiri mengesankan suatu proses yang linear. Meskipun begitu, para ahli sejarah intelektual tahu benar bahwa kata modern yang cukup ironis memang, telah digunakan sejak Aabad pertengahan di lain abad lain pula maknanya. Kesulitan dengan modernitas adalah modernitas itu terus berubah. Akibatnya, para sejarawan terpaksa membuat istilah awal modern, yang kata-katanya saling bertentangan, untuk menyebut periode antara akhir Abad Pertengahan dan awal revolusi industri. Karena alasan yang sama, sejumlah analis masyarakat kontemporer lalu telah pula menciptakan istilah pasca industri, akhir kapitalis, dan bahkan pasca modern untuk melukiskan masyarakat.
2. Para sejarawan meragukan penjelasan tentan perubahan sosial yang dibangun dalam model Spencer , asumsi bahwa perubahan pada dasarnya bersifat internal bagi sisitem sosial, yang berupa pengembangan potensi, bertumbuhnya cabang-cabang. Hal ini baru bisa terjadi bila suatu masyarakat diidolasikan dari masyarakat-masyarakat lain d dunia, padahal dalam pratiknya perubahan sosial diakibatkan oleh salling bertemunya kebudayaan-kebudayaan. Dengan adanya dampak dahsyat kekuatan eksternal di luar masyarakat yang sedang dikaji maka tidak tepat jika kasus-kasus itu dibicarakan hanya dari perspektif stimulus ke adaptasi, yang menurut model Spencer merupakan satu-satunya fungsi yang dimainkan oleh kekuatan-kekuatan eksternal.
3. Apabila ingin mengetahui mengapa perubahan sosial terjadi, strategi yang baik untuk memulai adalah dengan mengamati bagaimana perubahan itu terjadi. Sayangnya, model Spencer tidak punya banyak referensi tenatang mekanisme perubahan. Kurangnya referensi ini mengakibatkan salahnya asumsi tentang unilinearitas dan memberi kesan bahwa proses perubahan tampak seolah-olah berjaan mulus dan mengikuti tahapan-tahapan yang hampir otomatis, seolah-olah satu-satunya hal yang harus dilakukan oleh suatu masyrakat adalah tinggal menaiki eskalator (mengikuti tahap-tahap). Salah satu contoh eksplisit yang tidak lazim tentang apa yang disebut model eskalator itu adalah kajian Rostow mengenai tahap-tahap pertumbuhan ekonomi, yang bermula dari tahap masyarakat tradisional lalu tahap tinggal landas akhirnya tahap konsumsi masal. Untuk pendekatan yang berlawanan dengan itu, dapat dilihat pandangan ahli sejarah ekonomi Alexander Gershenkron yang beragumen bahwa negara-negara yang agak telat melakukan industrialisasi, terutama Britania.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Herbert Spencer lahir di Derby, Inggris, pada tanggal 27 April 1820. Ia tidak memperoleh pendidikan seni dan humaniora, melainkan disekolah teknik dan utilitarian. Pada tahun 1837 ia mulai bekerja sebagai insinyur teknik sipil untuk perusahaan kereta api, dan pekerjaan ini dijalaninya sampai tahun 1846. Selama masa itu, Spencer terus mempelajari bidang studinya sendiri dan mulai menerbitkan karya-karya tentang ilmu pengetahuan dan politik.
Teori Evolusi adalah kemungkinan untuk mengidentifikasi dua perspektif evolusioner utama dalam karya Spencer. Pertama, teorinya terutama berkaitan dengan peningkatan ukuran masyarakat. Masyarakat tumbuh melalui perkembangan individu dan penyatuan kelompok-kelompok. Peningkatan ukuran masyarakat menyebabkan struktur makin luas dan makin terdiferensiasi serta meninngkatan diferensiasi fungsi yang dilakukannya. Disamping pertumbuhan ukurannya, masyarakat berubah melalui penggabungan, yakni makin lama makin menyatukan kelompok-kelompok yang berdampingan. Dengan demikian Spencer berbicara tentang gerak evolusioner dari masyarakat yang sederhana ke penggabungan dua kali lipat dan penggabungan tiga kali lipat. Spencer juga menawarkan teori evolusi dari masyarakat militan ke masyarakat industri. Yang pada mulanya, masyarakat militan dijelaskan sebagai masyarakat yang tersrtuktur guna melakukan perang. Walaupun Spencer melihat Evolusi umum yang mengarah kepada pembentukan masyarakat industri, akan tetapi ia juga mengakui adanya kemunduran periodik kepada masyarakat yang lebih agresif dan militan. Dalam tulisannya mengenai etika politik, Spencer mengemukakan gagasan evolusi sosial yang lain. Disuatu sisi Spencer memandang masyarakat berkembang menuju ke keadaan moral paling ideal atau sempurna.
B. Saran
Kami selaku penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka kami selaku penulis menerima kritik dan saran dari pembaca demi memperbaiki makalah ini untuk ke depannya.
Daftar Pustaka
Burke, Peter. 2001. Sejarah dan Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Ritzer, George. 2008. Teori Sosiologi dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Bantul: Kreasi Wacana
http://www.slideshare.net/guest3b249/trik-merangkum-presentation